Halo, Sobat TGR! Di era digital ini, YouTube dan platform streaming lainnya menjadi hiburan utama bagi anak-anak. Dengan sekali klik, mereka bisa menonton video kartun favoritnya kapan saja. Tapi, tahukah Sobat TGR bahwa tidak semua video dengan karakter anak-anak itu aman?
Coba bayangkan, karakter seperti Elsa atau Spiderman yang biasanya heroik tiba-tiba melakukan adegan tidak senonoh dalam video berjudul “Permainan Seru” atau “Petualangan Ajaib”. Anak-anak yang masih polos mungkin menganggapnya sebagai hiburan biasa, sementara orang tua terkecoh oleh tampilan visual yang colorful. Celah inilah yang dieksploitasi oleh fenomena elsagate, ancaman terselubung di balik konten seolah-olah ramah anak.
Terus kenapa video ini bisa tersebar luas? Bagaimana dampaknya pada psikologis anak dan langkah apa yang bisa diambil untuk mencegahnya? Yuk, telusuri jawabannya bersama-sama agar Sobat TGR tidak lengah terhadap bahaya yang mengintai si kecil di layar gadget!
Elsagate dikenal sebagai fenomena konten video yang menyamar sebagai tontonan anak-anak, tetapi menyisipkan adegan tidak pantas dan disturbing. Istilah ini berasal dari karakter “Elsa” dalam film Frozen yang kerap muncul dalam konten tersebut, meski fenomena ini mencakup berbagai karakter populer lainnya dan akhiran "gate" yang merujuk pada skandal besar (seperti pizzagate, celebgate, dll). Elsagate menjadi sorotan karena mampu mengecoh audiens dengan tampilan yang seolah-olah ramah anak.
Konten Elsagate Pada Platform YouTube
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Sejak viral pada 2017, elsagate ini terus menyebar dan sulit dikendalikan. Meski upaya pembatasan telah dilakukan, algoritma platform seperti YouTube & YouTube Kids kerap merekomendasikan konten serupa berdasarkan riwayat tontonan. Tak heran, beberapa video sempat meraup jutaan views sebelum akhirnya dihapus oleh pihak YouTube.
Karakter ikonik seperti Elsa, Spiderman, Mickey Mouse, atau Peppa Pig kerap ditampilkan dalam konten elsagate. Meski awalnya terlihat seperti animasi biasa, adegan kekerasan, disturbing (mengganggu), atau bahkan adegan seksual disisipkan secara terselubung. Visual yang colorful dan juga durasinya yang singkat membuat anak-anak terus menonton tanpa curiga.
Visual Konten Elsagate dengan Adegan Seksual
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Nah, yang lebih mengkhawatirkan, video-video ini berhasil menembus filter moderasi YouTube Kids dan muncul di fitur rekomendasi untuk anak. Judul yang sengaja dibuat dengan kata-kata seperti “funny video" atau “kid song" membuatnya mudah ditemukan. Orang tua pun kerap terkecoh, mengira konten tersebut aman untuk ditonton.
Fenomena elsagate kini menjadi sorotan karena dampaknya yang merusak perkembangan mental anak. Pemerintah bahkan mendesak platform digital untuk memperketat pengawasan konten anak-anak.
Mungkin Sobat TGR pernah berpikir mengapa video-video elsagate bisa merajalela di YouTube? Kuncinya ada pada sistem rekomendasi platform yang mengutamakan durasi tonton dan kata kunci populer. Semakin sering suatu video diklik, semakin tinggi prioritasnya untuk direkomendasikan ke pengguna lain.
Channel YouTube Dengan Postingan Elsagate
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Video-video ini sengaja ditambahkan ke kategori konten anak dengan membuat deskripsi menggunakan hashtag seperti #edukasi atau #funny. Thumbnail cerah dan judul yang terlihat normal, seperti “Elsa playing dolls" menjadi umpan bagi anak-anak. Tanpa disadari, konten berbahaya itu pun muncul di halaman pencarian YouTube Kids.
Nah, YouTube Kids yang dianggap sebagai “zona aman” untuk anak justru menjadi sarang konten elsagate. Sistem algoritma yang longgar di YouTube Kids sering kali gagal menyaring konten berbahaya. Konten-konten tersebut lolos dari moderasi dan tetap muncul di kolom rekomendasi. Orang tua pun kerap terkecoh, mengira anak-anak mereka hanya menonton video yang aman dan sesuai usia.
Proses produksinya pun nggak ribet, teknologi AI (Artificial Intelligence) atau software animasi murah dipakai untuk membuat ribuan video dalam hitungan jam. Kualitas animasi yang murahan tidak menjadi masalah karena targetnya hanya satu, membanjiri platform agar algoritma terus merekomendasikannya.
Ilustrasi Konten Elsagate Dengan Animasi Murahan
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Fitur autoplay YouTube juga memperparah keadaan ini. Setelah satu video elsagate ditonton, deretan konten serupa akan langsung direkomendasikan. Tanpa disadari, si kecil bisa menonton video berbahaya ini hanya karena dibiarkan sendirian dengan gadget.
Mirisnya para pelaku di balik elsagate memanfaatkan YouTube bukan hanya untuk mendapat perhatian, tetapi juga untuk keuntungan finansial. Dengan jumlah views yang tinggi, mereka bisa mendapatkan pemasukan dari iklan yang tayang di video mereka. Inilah yang membuat mereka terus memproduksi konten semacam ini.
Nah Sobat TGR, dampak psikologis dan emosional dari terpapar konten elsagate pada anak seringkali diremehkan. Maria Advianti, Mantan Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pernah menyatakan bahwa penyebaran video kekerasan dapat membahayakan anak, karena materi tersebut menyebarkan informasi tentang kekerasan pada anak yang bahkan dapat ditiru oleh anak yang menonton video kekerasan.
Fenomena ini bukan sekadar konten “salah tempat”, melainkan ancaman bagi perkembangan kognitif anak. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif mengungkap bahwa anak di bawah usia tujuh tahun sulit membedakan khayalan dan kenyataan. Akibatnya, adegan seperti karakter yang berkelahi hingga berdarah maupun meminum zat berbahaya bisa dianggap normal oleh mereka.
Bagi orang tua, fenomena ini menjadi momok tersembunyi di era digital. YouTube Kids yang dianggap “zona aman” ternyata bisa disusupi konten berbahaya karena adanya manipulasi algoritma. Tak heran, banyak yang baru tersadar saat anak mereka menunjukkan gejala trauma atau ketakutan.
Ilustrasi Anak Yang Ketakutan
Dalam jangka panjang, jika anak terus-menerus terpapar video seperti ini, mereka bisa menjadi apatis dan terbiasa terhadap kekerasan atau hal-hal tidak pantas. Hal ini bisa mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia nyata dan orang-orang di sekitarnya.
Setelah tahu betapa mengerikannya bahaya elsagate, pasti Sobat TGR bertanya “Terus, gimana dong cara melindungi si kecil?” Tenang, jangan panik! Meski konten elsagate ini cukup berbahaya dan menyebar lewat digital, kita masih punya cara untuk melawannya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko mereka terpapar konten elsagate ini.
Pertama, gunakan aplikasi dan fitur parental control yang tersedia di YouTube Kids atau platform streaming lainnya. Fitur ini memungkinkan orang tua untuk menyaring dan memilih video yang benar-benar aman untuk anak-anak mereka.
Ilustrasi Penggunaan Parental Control
Selain itu, kebiasaan mendampingi anak saat menonton perlu dibangun sejak dini. Ajari mereka untuk peka terhadap adegan tidak nyaman. Misalnya, jika mereka melihat sesuatu yang terasa aneh atau menakutkan, ajarkan mereka untuk segera memberitahu orang tua atau orang dewasa di sekitarnya.
Kemudian, konten mencurigakan harus segera dilaporkan ke platform menggunakan fitur report. Semakin banyak laporan yang masuk, platform juga akan semakin cepat menindak akun pelaku.
Sebagai tambahan, kurangi ketergantungan anak pada gadget dengan mengatur jadwal screen time. Ajak mereka untuk melakukan kegiatan tanpa gadget, seperti berkebun, membuat kerajinan tangan, atau bahkan bermain permainan tradisional. Selain aman, ini memperkuat ikatan keluarga dan melatih kreativitas anak.
Karena itu Sobat TGR, jangan biarkan si kecil menjadi korban dari konten berbahaya ini! Tetap awasi dan dampingi anak-anak saat menonton video agar mereka tetap aman dan nyaman di dunia digital. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan internet yang lebih sehat dan. Lupakan Gadget-mu, Ayo Main di Luar! (IQI/ed.KA)
Bagi Sobat TGR yang tertarik untuk berkolaborasi dengan kami, baik untuk menjadi pengisi acara, tenant, atau bahkan narasumber. Yuk, klik tautan di sini untuk info lebih lanjut!
Writer: Risqi Apriansah
Editor: Kirana Aulia Mecca S.
Graphic Designer: R. Harvie R. B. R
QC/Publisher: R. Harvie R. B. R
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2023). 4 Tahapan Perkembangan Kognitif Si Kecil dalam Teori Piaget. DINKES PROV SULTENG. https://dinkes.sultengprov.go.id/4-tahapan-perkembangan-kognitif-si-kecil-dalam-teori-piaget/
Papadamou, K., Papasavva, A., Zannettou, S., Blackburn, J., Kourtellis, N., Leontiadis, I., Stringhini, G., & Sirivianos, M. (2020). Disturbed YouTube for Kids: Characterizing and Detecting Inappropriate Videos Targeting Young Children. Proceedings of the International AAAI Conference on Web and Social Media, 14(1), 522–533. https://doi.org/10.1609/icwsm.v14i1.7320
Remotivi. (2022). Jebakan Elsagate: Tontonan Anak-Anak yang Tidak Ramah Anak. https://www.remotivi.or.id/headline/konsep-dan-isu/777
Setyawan, D. (2015). Bahaya penyebaran video kekerasan pada anak secara online. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). https://www.kpai.go.id/publikasi/artikel/bahaya-penyebaran-video-kekerasan-pada-anak-secara-online
The McDonald College. (2023). Elsagate: The Disturbing phenomenon targeting children on YouTube. The McDonald College - Performance Centred K-12. https://www.mcdonald.nsw.edu.au/news-and-events/news/2023/elsagate-the-disturbing-phenomenon-targeting-children-on-youtube/
The Week Staff. (2017). Does ‘Elsagate’ prove YouTube is too big to control?. The Week. https://theweek.com/89701/does-elsagate-prove-youtube-is-too-big-to-control
Townsend, C. (2019). Elsagate: The problem with algorithms. United States Cybersecurity Magazine. https://www.uscybersecurity.net/elsagate/
Traditional Games Returns Tgr Parenting Bahaya Konten Elsagate Elsagate Dampak Konten Elsagate Pada Anak Youtube Shorts Youtube KidsMitra Kolaborasi:
Copyright © 2017 - 2025 Traditional Games Returns All rights reserved.