Sampurasun Sobat TGR! Kebudayaan adalah identitas segala bangsa, tak terkecuali Indonesia dengan ragam kearifan lokalnya. Kearifan lokal tersebut dapat berupa pakaian adat, tari tradisional hingga permainan rakyat. Tak heran jika masyarakat Indonesia pun bangga dan terpesona dengan keberagaman ini.
Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri budaya tersendiri. Tak terkecuali Kota Bandung, jantung provinsi Jawa Barat yang kaya akan budayanya. Kali ini, Tim TGR berkesempatan untuk menyambangi salah satu kebanggan Bandung yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Bandung, 24 Mei 2025 menjadi momen istimewa yang menyatukan kearifan lokal Sunda dalam Festival Langgam Sasaka. Kata “Langgam” diambil dari bahasa Indonesia yang berarti kebiasaan, sementara “Sasaka” merupakan padanan bahasa Sunda yang bermakna Pusaka sekaligus pamong. Sehingga “Langgam Sasaka” memiliki nilai untuk melayani dan menjaga adat kebiasaan yang telah diwariskan secara turun temurun.
Festival ini merupakan karya akhir mahasiswa semester empat Program Studi Manajemen Resort dan Leisure, UPI. Festival ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Sunda sekaligus memperkenalkannya kepada mahasiswa Internasional. Dibuka untuk umum, sebanyak 50 peserta dari berbagai negara hadir memeriahkan festival ini.

Poster Langgam Sasaka
(Sumber: Instagram @langgamsasaka)
Festival ini dibuka dengan tarian Jaipong yang mempesona oleh Revina Sarah Maudina, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Seni Tari UPI. Setelah itu, dilanjutkan dengan sambutan oleh Khairunnisa, selaku ketua penyelenggara Festival Langgam Sasaka. Ia mengucapkan terima kasih dan rasa syukurnya atas kehadiran para peserta yang bersemangat untuk melestarikan kebudayaan Sunda.
“Langgam Sasaka adalah wadah pertemuan antar budaya, maka dari itu sasaran kegiatan kami yaitu mahasiswa internasional. Namun, kami juga membuka event ini untuk umum.”
“Saat ini, banyak orang menyukai sesuatu yang digital dan permainan tradisional mulai hilang, maka dari itu kami berusaha menghadirkannya kembali di Langgam Sasaka yang berkolaborasi dengan TGR.” Ungkap Khairunnisa.

Penampilan Tari Jaipong
(Dokumentasi TGR Community, 2025)

Sambutan Ketua Penyelenggara
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Tak hanya sampai di situ, sambutan kedua disampaikan oleh Sadick Akida Mwarik dari Tanzania, yang merupakan ketua ISA UPI (International Student Association Universitas Pendidikan Indonesia). Ia dan sahabat-sahabatnya yang hadir sangat bersemangat mengetahui ragam kearifan lokal Sunda. Baginya, Bandung adalah kota yang nyaman untuk belajar dan berbagi.
“This is very wonderful, guys! A real appreciation to this event. At ISA our core value actually is a building a strong relationship between international and local students. So when you ask us to join this event, we are so excited and surely want to join!” ujar Sadick saat menyampaikan sambutan.

Sambutan Ketua ISA
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Usai mendengarkan sambutan, kini saatnya Tim TGR yang diwakilkan oleh Aghnina dan Salsha mengenalkan permainan tradisional Indonesia kepada khalayak! Memulai perkenalan dengan sapaan hangat dan mengajak para peserta untuk mengangkat tangan sambil mengucapkan “Hompimpa Alaium Gambreng!” Kami juga menjelaskan bahwa hompimpa bermakna “Dari Tuhan, kembali ke Tuhan, mari kita bermain!”

Sesi Perkenalan Permainan Tradisional
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Terkesima dengan makna hompimpa sebagai tanda dimulainya sebuah permainan, Tim TGR lantas bertanya kepada peserta ada berapa permainan tradisional Indonesia? Banyak jawaban dilontarkan, namun belum juga ada yang menjawab dengan benar. Maka dari itu Tim TGR memberi tahu jawabannya yaitu sebanyak 2.600 jenis permainan tradisional, mereka pun kaget dan tidak menyangka.

Para Peserta Memperagakan Hompimpa
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Tawa canda pun pecah saat mendengarkan penjabaran tentang permainan tradisional Indonesia. Usai suasana cair, tiba saatnya bagi Tim TGR membagi para peserta menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari mahasiswa Internasional dan lokal.
Permainan dibagi menjadi dua sesi, masing-masing sesi terdiri dari tiga jenis permainan. Sistem permainannya adalah setiap kelompok akan mengitari tiga pos secara berurutan dengan durasi 10 menit. Permainan di sesi satu terdiri dari oray-orayan, gasing bambu dan keprayan.

Permainan Sesi Pertama
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Para mahasiswa sangat antusias dengan permainan yang ada di sesi pertama ini. Kebanyakan dari mahasiswa internasional baru mengetahui permainan tradisional Indonesia dan bagi mahasiswa lokal, festival ini merupakan ajang nostalgia ke masa kecil.
“Perasaan main game di sini tuh seru banget! Permainannya banyak yang baru aku kenal dan mainin juga walaupun orang Indonesia. Aku juga senang karena bisa bertemu banyak teman baru.” Ujar Hilmi, mahasiswa UPI Bandung.

Potret Hilmi saat Bermain
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Sejalan dengan Hilmi, pendapat serupa juga datang dari Joy asal Tiongkok yang sudah satu tahun tinggal di Indonesia. Ia sangat menikmati hari itu dan senang karena bisa bermain bersama. Ia merasa semua teman baru yang ditemui sangat ramah dan menyambut satu sama lain.
“Saya paling suka gasing, ini sangat menarik. Saya juga suka rangku alu. Ada satu permainan yang mirip dengan China (Tiongkok) yaitu engklek. Kami biasa menyebutnya dengan 跳房子 (tiào fángzi).” Cerita Joy dengan penuh antusias.

Keseruan saat Joy Bermain
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Tim TGR begitu bahagia permainan tradisional dapat dinikmati oleh semua peserta. Bahkan mereka selalu meminta tambahan waktu ketika bel perpindahan pos berbunyi. Tak terasa tiga puluh menit berlalu dengan penuh sukacita.
Tibalah saatnya para peserta untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan permainan di sesi kedua. Beristirahat selama lima menit, sambil menikmati kudapan khas Sunda. Para panitia menyediakan beragam jajanan pasar seperti dadar gulung, lemper ayam, cente manis dan talam kuning.

Jajanan Pasar
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Bel kembali berbunyi, menandakan waktu bermain kembali dimulai untuk sesi kedua. Pada sesi kedua, Tim TGR menyiapkan tiga permainan tradisional yang berbeda dari sesi sebelumnya. Permainan di sesi kedua meliputi balogo, engklek dan rangku alu.

Permainan Sesi Kedua
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Permainan tradisional di sesi kedua ini lebih menantang karena lebih banyak melibatkan gerak fisik dan keseimbangan. Banyak peserta yang menyukai permainan rangku alu, karena perlu beberapa kali percobaan hingga berhasil melewati ruang kosong di antara bambu yang bersentuhan. Selain itu, permainan engklek juga dirasa memiliki kesamaan dari beberapa negara.
“I love to play gasing. I think Sudanese people really like to sing and have freedom. We also have gasing in the industrial products, it is called beyblade.” Ungkap Amalia, Mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia dari Perancis.

Keceriaan Amalia saat Bermain Keprayan
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
“My favorite game is rangku alu, the one way you jump with singing. What I learned is that traditional games from all over the world are quite similar. Because back in my country we have very similar games, like the flow of it and the way we enjoy it. I also have hopscotch (engklek) and rope in my country, we also had that.” Ujar Senam, Mahasiswa UPI Program Studi Manajemen dari Togo, Afrika Barat.

Potret Senam saat Bermain Lompat Karet
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Tak terasa, waktu pula yang harus memisahkan perjumpaan antar negara ini. Langgam Sasaka begitu hangat diterima oleh semua peserta, tak terkecuali para mahasiswa internasional. Di akhir kegiatan ini, panitia menyiapkan souvenir berupa permainan tradisional peluit burung dan gantungan kunci batik.
Para panitia yang juga merupakan sangat terkesan dengan kolaborasi bersama TGR. “Ayu sangat excited karena ini merupakan pengalaman pertama Ayu mengadakan event. Acaranya seru banget, tadi juga lihat para peserta sangat excited walaupun di balik persiapannya agak riweuh.” Jelas Ayu, humas Festival Langgam Sasaka.
“Sangat seru dan berterima kasih kepada TGR karena sangat bersemangat dan membersamai. Bahkan mengonsep kegiatannya juga sangat rapi dan tersusun. Semoga bisa berkolaborasi lagi di lain waktu.” Terang Khairunnisa, ketua Festival Langgam Sasaka.

Foto Bersama Seluruh Peserta
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Nah, jadi gimana nih Sobat TGR, seru kan! Sobat TGR juga dapat berkolaborasi untuk menghadirkan permainan tradisional dalam kegiatan, seminar atau pun festival lainnya. Caranya sederhana, cukup dengan menghubungi Salsha melalui WhatsApp 0856 9479 2992. Lupakan Gadget-mu, Ayo Main di Luar! (AW/ed.HRV)
Journalist: Aghnina Wahdini
Editor: R. Harvie R. B. R.
Graphic Designer: Nurul
QC/Publisher: R. Harvie R. B. R
Photos: Wahidin
Traditional Games Returns Tgr Jalan-jalan Orang Luar Negeri Bermain Permainan Tradisional Langgam Sasana UpiMitra Kolaborasi:
Copyright © 2017 - 2025 Traditional Games Returns All rights reserved.