Halo, Sobat TGR! Tanggal 23 Oktober 2025 menjadi hari yang penuh keceriaan bagi para siswa SDI Al Ikhlas, Jakarta Selatan. Sebanyak 120 murid kelas enam mengikuti kegiatan bersama Tim TGR untuk bermain sekaligus belajar melalui sepuluh permainan tradisional yang seru dan asyik!
Guru-guru SDIT Al Ikhlas menyambut kegiatan ini dengan hangat. Sekolah ini telah lama menanamkan nilai budaya dan karakter dalam setiap kegiatan, termasuk melalui permainan tradisional yang kini telah jarang dijumpai. Bagi mereka, bermain adalah cara belajar yang paling jujur untuk tertawa, berusaha, dan saling menghargai.

Sesi Pembukaan dan Sambutan dari SDI Al Ikhlas
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
SDI Al Ikhlas berkomitmen untuk terus melestarikan permainan tradisional. “Kami satu-satunya sekolah di Jakarta Selatan yang masih melestarikan permainan tradisional. Anak-anak kami ajak untuk menikmati permainannya, jangan anggap kompetitif,” ujar Ibu Marani kelas 6 SDI Al Ikhlas dengan senyum hangat.
Setelah sambutan dari guru kelas enam, acara dilanjutkan dengan perkenalan dari Tim TGR. Para fasilitator memperkenalkan diri satu per satu, memperlihatkan wajah-wajah ramah yang siap menjadi pendamping anak-anak bermain sepanjang hari.

Sesi Perkenalan dari Tim TGR
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Tak lama kemudian, suasana semakin hidup saat sesi ice breaking dimulai. Anak-anak duduk berbaris, mengikuti gerakan yang dipandu oleh kakak-kakak pendamping. Tawa pecah di antara barisan, mencairkan suasana dan menumbuhkan semangat kebersamaan sebelum permainan tradisional dimulai.

Sesi Ice Breaking
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Anak-anak dibagi jadi sepuluh kelompok, masing-masing punya guru pendamping dan kakak fasilitator dari TGR. Tiap kelompok bakal muter ke sepuluh pos permainan, lima pos dulu, istirahat sebentar, lalu lanjut lima pos berikutnya.
Setiap pos dikasih waktu sembilan menit dan tiap kali sirine berbunyi, tandanya waktunya ganti permainan! Anak-anak bersiap mengikuti kakak pendamping menuju pos masing-masing. Ada yang melompat kecil karena tak sabar, ada pula yang menggandeng teman sambil tertawa. Dengan semangat dan senyum lebar, mereka siap menjelajahi satu per satu permainan tradisional yang menanti, hari yang seru pun dimulai!

Potret Bermain Balogo
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Pada pos pertama, anak-anak duduk berbaris sambil memegang tongkat kecil, mata mereka tertuju pada cakram mungil yang siap diluncurkan. Begitu logo melesat dan mengenai sasaran, sorak kecil pun pecah, disusul tawa riang dari teman-teman di sekitarnya.

Potret Bermain Ular Tangga Raksasa
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Di atas papan warna-warni berukuran besar, anak-anak berdiri layaknya pion hidup dalam permainan Ular Tangga Raksasa. Mereka bergiliran melempar dadu sambil menunggu hasilnya dengan wajah penuh harap. Setiap kali angka muncul, langkah kaki pun maju sesuai hitungan, diiringi tawa teman-teman di sekitarnya. Ada yang bersorak karena naik lewat tangga, ada juga yang tertawa geli saat harus turun karena mendarat di ekor ular.

Potret Bermain Engklek/Dampu
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Kali ini anak-anak bermain engklek, atau yang juga dikenal sebagai dampu. Satu per satu mereka melempar batu kecil ke kotak, lalu melompat-lompat dengan satu kaki sambil berusaha menjaga keseimbangan. Ada yang sempat goyah dan tertawa karena hampir keluar garis, tapi langsung disemangati oleh teman-temannya untuk tidak menyerah.

Potret Bermain Gasing Bambu
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Anak-anak duduk melingkar, siap adu siapa yang gasingnya paling lama berputar. Tali dililit secara perlahan di badan gasing, kemudian ditarik cepat, “Satu… dua… tiga!” Gasing pun meluncur, berputar kencang di atas nampan warna-warni. Ada yang langsung jatuh, ada juga yang berputar stabil dan berhasil membuat temen-temen lainnya kagum. Suara tawa, sorakan, dan rasa penasaran bercampur jadi satu.

Potret Bermain Telepon Kaleng dan Egrang Batok Modifikasi Bambu
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Di pos lima, anak-anak sibuk berteriak lewat telepon kaleng, saling mengobrol menggunakan benang panjang yang tersambung di antara dua kaleng. Suaranya terkadang samar, tapi tidak menjadi masalah, malah membuat suasana semakin meriah dan dipenuhi canda tawa karena pesan yang sampai ke pemain selanjutnya dapat berubah, bahkan bergeser makna menjadi candaan. Di sisi lain, anak-anak coba berjalan di atas egrang batok yang terbuat dari bambu. Awalnya banyak yang kehilangan keseimbangan, tapi begitu mulai seimbang, mereka semakin percaya diri untuk lanjut bermain. Semuanya main dengan hati senang!

Potret Bermain Keprayan
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Di sini, anak-anak duduk melingkar di antara tumpukan stik warna-warni. Aturannya gampang, ambil satu stik tanpa menggerakkan yang lain. Kedengarannya mudah, tapi begitu satu stik tersenggol sedikit saja, semua langsung bersorak heboh! Ada yang menahan napas saking tegangnya, ada juga yang ngakak karena stiknya malah berjatuhan semua. Permainan keprayan ini benar-benar melatih ketelitian dan kesabaran.

Potret Bermain Bulldozer dan Jejak
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Anak-anak berjalan bersama di bulldozer. Butuh kerja sama dan ritme yang pas, karena kalau ada yang salah langkah, terpal bisa berhenti dan bikin semuanya tertawa bersama. Mereka saling memberi aba-aba, “Satu, dua, jalan!” sambil berusaha menggerakkan terpal dengan seirama. Lanjut ke permainan jejak, mereka harus pasang tangan dan kaki sesuai pola di lantai, mirip puzzle hidup! Kadang keliru, kadang hampir jatuh, tapi justru di situ letak asyiknya!

Potret Bermain Bulldozer dan Jejak
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Anak-anak duduk berhadapan, jari-jari kecil mereka memindahkan biji congklak satu per satu ke lubang-lubang kecil di papan warna-warni. Permainan ini bikin mereka belajar cara berpikir cepat dan sabar dalam waktu bersamaan. Meski ada yang menang dan kalah, semuanya tetap tersenyum.

Potret Bermain Estafet sarung dan Cone Ring
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Anak-anak berdiri berjejer dan harus memindahkan sarung dari depan ke belakang tanpa boleh jatuh dikarenakan hanya diperbolehkan untuk memakai tangan yang saling berpegangan. Teriakan “Ayo cepat!” dan tawa rame sesekali terdengar setiap sarungnya tersangkut di tengah. Begitu selesai, langsung lanjut ke cone ring, permainan yang satu ini mengharuskan kita melempar cincin ke kerucut di depan. Ada yang meleset, ada juga yang sukses memasukkan ring ke tengah cone. Dua permainan ini bikin semuanya semangat lagi, meski udah bermain dari pagi!

Potret Bermain Damdas 3 dan 16 Batu
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Di pos 10, suasananya sedikit lebih tenang. Anak-anak duduk berhadapan sambil memikirkan strategi untuk bermain damdas tiga dan enam belas batu. Semua saling mengejar untuk menjadi pemenang. Satu gerakan dapat membuat lawan tertangkap yang membuat semuanya harus fokus pada permainan. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa sesekali tawa terdengar ketika ada yang salah strategi
Tidak terasa, waktu bermain pun telah usai. Setelah semua mencoba seluruh permainan di sepuluh pos, anak-anak kembali duduk berbaris rapi di aula. Anak-anak terlihat lelah dan berkeringat, tetapi senyum di wajah mereka tidak hilang sedikit pun. Ada yang bercerita tentang keseruan bermain egrang, ada juga yang bangga karena menang di damdas. Suasana aula pun makin ramai ketika setiap kelompok dipanggil satu per satu ke depan panggung untuk berfoto bersama kakak pendamping dan guru masing-masing.

Foto Bersama Adik, Tim TGR, dan Guru Pendamping
(Dokumentasi TGR Community, 2025)
Hari itu jadi bukti kalau belajar tidak harus selalu di kelas dan kebahagiaan bisa datang dari hal sederhana seperti bermain bareng teman. Dari pos pertama sampai terakhir, anak-anak SDI Al Ikhlas diajak mengenal kembali permainan yang dulu jadi bagian penting dari masa kecil orang Indonesia sambil bersenang-senang.
Tak berhenti di sesi permainan, para guru dan murid juga berbagi cerita tentang pengalaman mereka mengikuti kegiatan ini. Kira-kira, seperti apa pendapat mereka, ya? Yuk, simak hasil wawancaranya berikut ini!
Salah satu guru kelas enam, Mas Adi, mengaku punya banyak momen berkesan dari kegiatan hari itu. Ia menatap ke arah murid-muridnya yang masih bercanda sambil tersenyum kecil.
“Banyak momen menarik dari kegiatan ini, karena ngga semua anak-anak tahu permainan tradisional. Dengan latar belakang yang beragam, terutama yang besar di kota, banyak dari mereka baru pertama kali mencoba. Tapi justru di situ serunya, anak-anak kelihatan senang banget,” ujarnya.
Wah, ternyata kegiatan ini benar-benar membuka pengalaman baru ya! Mas Adi juga menambahkan bahwa acara seperti ini bisa jadi cara seru untuk memperkenalkan budaya Indonesia sejak dini.
“Menurut saya, kegiatan ini jadi salah satu cara bagus buat mengenalkan kembali permainan tradisional ke anak-anak,” tuturnya sambil tersenyum puas.
Tak hanya Mas Adi, Ibu Marani lain juga membagikan pandangannya. Ia terlihat sumringah saat menceritakan betapa semangatnya para murid selama kegiatan berlangsung.
“Kegiatannya seru banget. kami senang karena anak-anak bisa belajar sambil bermain. Ini juga cara yang menyenangkan untuk melestarikan permainan tradisional,” katanya dengan antusias.
Ibu Marani juga menambahkan bahwa permainan tradisional sesekali memang dimainkan di pelajaran olahraga, namun tidak sebanyak ini.
“Iya, di pelajaran olahraga sebenarnya pernah juga main permainan tradisional, tapi nggak sebanyak ini. Kali ini anak-anak benar-benar antusias. Pesan saya, semoga kegiatan seperti ini bisa diadakan oleh sekolah lain supaya anak-anak makin kenal permainan tradisional.”
Wah, senang banget dengarnya! Bukan cuma para guru yang antusias, murid-murid pun punya cerita yang nggak kalah seru. Salah satunya Andina, yang terlihat paling aktif sejak sesi pertama dimulai. Saat ditanya soal pengalamannya, ia langsung menjawab dengan semangat.
“Kegiatan ini seru banget, menyenangkan banget, dan bervariasi, karena ada sepuluh pos permainan. Aku suka banget karena bisa main banyak permainan sekaligus,” ujarnya dengan wajah gembira.
Kalau Aufar, punya kesukaan sendiri nih. Ia paling menikmati permainan bulldozer, yang menurutnya cukup menantang.
“Aku suka bulldozer karena bisa melatih gerak badan. Seru banget mainnya!” katanya dengan senyum lebar.
Wah, seru banget ya kegiatan kali ini, Sobat TGR! Selain bikin senang, tapi juga penuh makna karena bisa belajar sekaligus melestarikan permainan tradisional Indonesia. Semoga ke depannya makin banyak kegiatan seperti ini biar anak-anak bisa terus belajar dan bermain permainan tradisional.
Demikian kegiatan Tim TGR kali ini, semoga kegiatan ini membawa manfaat untuk melestarikan permainan tradisional! Untuk info kegiatan seru lainnya, tetap pantengin Tim TGR terus ya. Lupakan Gadget-mu, Ayo Main di Luar!
Bagi Sobat TGR yang ingin berkolaborasi dengan kami, baik sebagai pengisi acara, tenant, maupun narasumber, cukup klik tautan di sini, ya!
Penulis dan Jurnalis: Alvito Adiansyah
Editor: Putri Aulia Zulfa
Graphic Designer: Putri Aulia Zulfa
QC/Publisher: Putri Aulia Zulfa
Mitra Kolaborasi:
Copyright © 2017 - 2025 Traditional Games Returns All rights reserved.